SEARCH

Rabu, 23 Maret 2011

SUNAN GIRI

Sunan Giri
adalah nama salah seorang
Walisongo dan pendiri kerajaan
Giri Kedaton, yang
berkedudukan di daerah Gresik,
Jawa Timur. Ia lahir di
Blambangan tahun 1442.

Sunan
Giri memiliki beberapa nama
panggilan, yaitu Raden Paku,
Prabu Satmata, Sultan Abdul
Faqih, Raden ‘Ainul Yaqin dan
Joko Samudra. Ia dimakamkan
di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Beberapa babad menceritakan
pendapat yang berbeda
mengenai silsilah Sunan Giri.

Sebagian babad berpendapat
bahwa ia adalah anak Maulana
Ishaq, seorang mubaligh yang
datang dari Asia Tengah.

Maulana Ishaq diceritakan
menikah dengan Dewi
Sekardadu, yaitu putri dari
Menak Sembuyu penguasa
wilayah Blambangan pada masa-
masa akhir kekuasaan Majapahit.

Pendapat lainnya yang
menyatakan bahwa Sunan Giri
juga merupakan keturunan
Rasulullah SAW; yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali
Zainal Abidin, Muhammad al-
Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-
Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa
ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal,
Muhammad Sahibus Saumiah,
Alwi ats-Tsani, Ali Khali ’ Qasam,
Muhammad Shahib Mirbath, Alwi
Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-
Azhamat) Khan, Ahmad Syah
Jalal (Jalaluddin Khan),
Jamaluddin Akbar al-Husaini
(Maulana Akbar), Maulana Ishaq,
dan ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Umumnya pendapat tersebut
adalah berdasarkan riwayat
pesantren-pesantren Jawa
Timur, dan catatan nasab
Sa ’adah BaAlawi Hadramaut.

Sunan Giri merupakan buah
pernikahan dari Maulana Ishaq,
seorang mubaligh Islam dari Asia
Tengah, dengan Dewi Sekardadu,
putri Menak Sembuyu penguasa
wilayah Blambangan pada masa-
masa akhir Majapahit. Namun
kelahirannya dianggap telah
membawa kutukan berupa
wabah penyakit di wilayah
tersebut. Dipaksa untuk
membuang anaknya, Dewi
Sekardadu menghanyutkannya
ke laut.
Kemudian, bayi tersebut
ditemukan oleh sekelompok
awak kapal (pelaut) dan dibawa
ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi
oleh seorang saudagar
perempuan pemilik kapal, Nyai
Gede Pinatih. Karena ditemukan
di laut, dia menamakan bayi
tersebut Joko Samudra.

Ketika sudah cukup dewasa,
Joko Samudra dibawa ibunya ke
Surabaya untuk belajar agama
kepada Sunan Ampel. Tak berapa
lama setelah mengajarnya,
Sunan Ampel mengetahui
identitas sebenarnya dari murid
kesayangannya itu. Kemudian,

Sunan Ampel mengirimnya dan
Makdhum Ibrahim (Sunan
Bonang), untuk mendalami
ajaran Islam di Pasai. Mereka
diterima oleh Maulana Ishaq
yang tak lain adalah ayah Joko
Samudra. Di sinilah, Joko
Samudra, yang ternyata
bernama Raden Paku,
mengetahui asal-muasal dan
alasan mengapa dia dulu
dibuang.

Setelah tiga tahun berguru
kepada ayahnya, Raden Paku
atau lebih dikenal dengan
Raden ‘Ainul Yaqin kembali ke
Jawa. Ia kemudian mendirikan
sebuah pesantren giri di sebuah
perbukitan di desa Sidomukti,
Kebomas. Dalam bahasa jawa,
giri berarti gunung.
Sejak itulah,
ia dikenal masyarakat dengan
sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi
terkenal sebagai salah satu
pusat penyebaran agama Islam
di jawa, bahkan pengaruhnya
sampai ke Madura, Lombok,
kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku. Pengaruh Giri terus
berkembang sampai menjadi
kerajaan kecil yang disebut Giri
Kedaton, yang menguasai Gresik
dan sekitarnya selama beberapa
generasi sampai akhirnya
ditumbangkan oleh Sultan
Agung.

Terdapat beberapa karya seni
tradisional Jawa yang sering
dianggap berhubungkan dengan
Sunan Giri, diantaranya adalah
permainan-permainan anak
seperti Jelungan, Lir-ilir dan
Cublak Suweng; serta beberapa
gending (lagu instrumental
Jawa) seperti Asmaradana dan
Pucung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tuliskan apa yg ada dibenak anda!