SEARCH

Rabu, 23 Maret 2011

SUNAN KUDUS

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalahputra dari pasangan Sunan
Ngundung, adalah panglima
perang Kesultanan demak
Bintoro, dan Syarifah, adik dari
Sunan Bonang. Sunan Kudus
diperkirakan wafat pada tahun
1550.

Sunan Kudus pernah menjabat
sebagai panglima perang untuk
Kesultanan Demak, dan dalam
masa pemerintahan Sunan
Prawoto, dia menjadi penasihat
bagi Arya Penangsang. Selain
sebagai panglima perang untuk
Kesultanan Demak,

Sunan Kudus
juga menjabat sebagai hakim
pengadilan bagi Kesultanan
Demak.
Dalam melakukan dakwah
penyebaran Islam di Kudus,

Sunan Kudus menggunakan sapi
sebagai sarana penarik
masyarakat untuk datang untuk
mendengarkan dakwahnya.

Sunan Kudus juga membangun
Menara Kudus yang
merupakan gabungan
kebudayaan Islam dan hindu
yang juga terdapat Masjid yang
disebut Masjid Menara Kudus.
Pada tahun 1530,

Sunan Kudus
mendirikan sebuah mesjid di
desa Kerjasan, Kudus Kulon,
yang kini terkenal dengan nama
Masjid Agung Kudus dan masih
bertahan hingga sekarang.
Sekarang Masjid Agung Kudus
berada di alun-alun kota Kudus,
Jawa Tengah.

Peninggalan lain
dari Sunan Kudus adalah
permintaannya kepada
masyarakat untuk tidak
memotong hewan kurban sapi
dalam perayaan Idul Adha untuk
menghormati masyarakat
penganut agama Hindu dengan
mengganti kurban sapi dengan
memotong kurban Kerbau,
pesan untuk memotong kurban
kerbau ini masih banyak ditaati
oleh masyarakat Kudus hingga
saat ini.

MESKI namanya Sunan Kudus, ia
bukanlah asli Kudus. Dia datang
dari Jipang Panolan (ada yang
mengatakan disebelah utara
Blora), berjarak 25 kilometer ke
arah barat kota Kudus, Jawa
Tengah. Di sanalah ia dilahirkan,
dan diberi nama Ja ’far Shodiq.

Beliau adalah anak dari hasil
perkawinan Sunan Undung atau
Sunan Ngudung (Raden Usman
Haji) dengan Syarifah, cucu
Sunan Ampel.

Semasa jayanya,
Sultan Undung terkenal sebagai
panglima perang yang tangguh.

Sampai suatu waktu, Sunan
Undung tewas dalam
peperangan antara Demak dan
Majapahit. Setelah itu, Ja ’far
Shodiq menggantikan posisi
ayahnya.

Tugas utamanya ialah
menaklukkan wilayah Kerajaan
Majapahit untuk memperluas
kekuasaan Demak.
Kenyataannya, Ja ’far Shodiq
terbukti hebat di medan perang,
tak kalah dengan kepiawaian
ayahnya.

Ja’far Shodiq berhasil
mengembangkan wilayah
Kerajaan Demak, ke timur
mencapai Madura, dan ke arah
barat hingga Cirebon.

Sukses ini
kemudian memunculkan
berbagai cerita kesaktian Ja ’far
Shodiq. Misalnya, sebelum
perang, Ja ’far Shodiq diberi
badong –semacam rompi– oleh
Sunan Gunung Jati.

Badong itu
dibawa berkeliling arena perang.
Dari badong sakti itu kemudian
keluarlah jutaan tikus, yang juga
ternyata sakti. Kalau dipukul,
tikus itu bukannya mati, malah
makin mengamuk sejadi-jadinya.

Pasukan Majapahit ketakutan lari
tunggang langgang. Dia juga
punya sebuah peti, yang bisa
mengeluarkan jutaan tawon.
Banyak prajurit Majapahit yang
tewas disengat tawon.

Yang pasti, pemimpin pasukan
Majapahit, Adipati Terung,
menyerah kepada pasukan Ja ’far
Shodiq. Usai perang, Ja’far
Shodiq menikahi putri Adipati
Terung, yang kemudian
menghasilkan delapan anak.

Selama hidupnya, Ja ’far Shodiq
sendiri juga punya istri lain,
antara lain putri Sunan Bonang,
yang menghasilkan satu anak.

Sukses mengalahkan Majapahit
membuat posisi Ja ’far Shodiq
makin kokoh. Dia mendapat
tugas lanjutan untuk
mengalahkan Adipati
Handayaningrat, yang berniat
makar terhadap Kerajaan Demak.

Adipati Handayaningrat
merupakan gelar yang
disandang Kebo Kenanga,
penguasa daerah Pengging –
wilayah Boyolali– dan
sekitarnya.

Kebo Kenanga berniat
mendirikan negara sendiri
bersama Ki Ageng Tingkir.

Pasangan ini merupakan
pengikut Syekh Siti Jenar,
seorang guru yang mengajarkan
hidup model sufi.

Kebo Kenanga
dan Tingkir digambarkan
sebagai saudara seperjuangan,
yang saling menyayangi
bagaikan saudara kandung.

Tanda-tanda pembangkangan
Kebo Kenanga makin kentara
ketika ia menolak menghadap
Raja Demak, Adipati Bintara,
atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Raden Patah. Surat
panggilan yang dibuat Raden
Patah ditelantarkan hingga tiga
tahun oleh Kebo Kenanga. Maka,
Raden Patah memutuskan untuk
mematahkan pembangkangan
Kebo Kenanga itu.
Raden Patah memerintahkan
Ja ’far Shodiq ”meredam” Kebo
Kenanga. Dalam sebuah
pertarungan, Kebo Kenanga
tewas. Namun, kehebatan Ja’far
Shodiq sebagai panglima perang
lama-kelamaan surut. Bahkan,
menjelang kepindahannya ke
Kudus, Ja ’far Shodiq tidak lagi
menjadi panglima perang,
melainkan menjadi penghulu
masjid di Demak.

Sunan Kudus wafat dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami Kudus.

Jika orang memandang Menara Masjid Kudus yang lain sangat aneh dan artistik tersebut pasti akan segera teringat pada pendirinya yaitu Sunan Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tuliskan apa yg ada dibenak anda!