SEARCH

Rabu, 23 Maret 2011

SUNAN KALIJAGA

Sunan Kalijaga diperkirakan
lahir pada tahun 1450 dengan
nama Raden Said. Dia adalah
putra adipati Tuban yang
bernama Tumenggung Wilatikta
atau Raden Sahur.
Nama lain
Sunan Kalijaga antara lain
Lokajaya, Syekh Malaya,
Pangeran Tuban, dan Raden
Abdurrahman.

Berdasarkan
satu versi masyarakat Cirebon,
nama Kalijaga berasal dari Desa
Kalijaga di Cirebon. Pada saat
Sunan Kalijaga berdiam di sana,
dia sering berendam di sungai
(kali), atau jaga kali.
Dalam satu riwayat, Sunan
Kalijaga disebutkan menikah
dengan Dewi Saroh binti
Maulana Ishak, dan mempunyai
3 putra: R. Umar Said (Sunan
Muria), Dewi Rakayuh dan
Dewi Sofiah.
Ketika wafat, beliau
dimakamkan di Desa Kadilangu,
dekat kota Demak (Bintara).
Makam ini hingga sekarang
masih ramai diziarahi orang.
Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari
100 tahun.

Dengan demikian ia
mengalami masa akhir
kekuasaan Majapahit (berakhir
1478), Kesultanan Demak,
Kesultanan Cirebon dan Banten,
bahkan juga Kerajaan Padang
yang lahir pada 1546 serta awal
kehadiran Kerajaan Mataram
dibawah pimpinan
Panembangan Senopati.

Ia ikut
pula merancang pembangunan
Masjid Agung Cirebon dan Masjid
Agung Demak. Tiang
“ tatal” (pecahan kayu) yang
merupakan salah satu dari tiang
utama masjid adalah kreasi
Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola
yang sama dengan mentor
sekaligus sahabat dekatnya,
Sunan Bonang. Paham
keagamaannya cenderung
“ sufistik berbasis salaf ” -bukan
sufi panteistik (pemujaan
semata).

Ia juga memilih
kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk
berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya
lokal. Ia berpendapat bahwa
masyarakat akan menjauh jika
diserang pendiriannya. Maka
mereka harus didekati secara
bertahap: mengikuti sambil
mempengaruhi. Sunan Kalijaga
berkeyakinan jika Islam sudah
dipahami, dengan sendirinya
kebiasaan lama hilang. Tidak
mengherankan, ajaran Sunan
Kalijaga terkesan sinkretis dalam
mengenalkan Islam.

Ia
menggunakan seni ukir,
wayang, gamelan, serta seni
suara suluk sebagai sarana
dakwah. Beberapa lagu suluk
ciptaannya yang populer adalah
Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
Dialah menggagas baju takwa,
perayaan sekatenan, garebeg
maulud, serta lakon carangan
Layang Kalimasada dan Petruk
Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”).
Lanskap pusat kota berupa
kraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini
pula dikonsep oleh Sunan
Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat
efektif. Sebagian besar adipati di
Jawa memeluk Islam melalui
Sunan Kalijaga; di antaranya
adalah adipati Pandanaran,
Kartasura, kebumen, Banyumas,
serta pajang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tuliskan apa yg ada dibenak anda!